Senin, 20 November 2017

What is CEKDAM???

    Di sini, semua orang tau kalau udah ngomongin cekdam. Siapa sih yang gak tau cekdam, bahkan jadi trending topic di sini terutama siswa SMA Plus dan masyarakat seputaran Sipirok. Sebagai tempat hiburan, main-main dan mandi-mandi yang tergolong ramah buat “kantong”. Kecuali… yah kamilah para “penumpang” di kompleks SMA Plus ini.

    Sebelumnya, ada yang tau gak apa itu cekdam? Yah mana tau ada temen saya yang juga gak tau tentang cekdam (hihihi). Okelah, untuk mengobati rasa penasaran saya, maka saya lakukan hal yang selalu dilakukan oleh para kids jaman now (apa itu?). Ya, googling. Maka saya obrak abrik dan saya telusuri mbah google sampai akhirnya saya temukan apa itu cekdam di salah satu situs internet (kbbi.web.id). Ternyata cekdam artinya tanggul sejajar dengan arus air untuk mencegah pelebaran sungai, tanggul pengaman. Itulah cekdam umum. Hmm… saya mulai berpikir, mungkinkah cekdam di sini juga merupakan sebuah tanggul? Awalnya saya kira cekdam adalah bahasa setempat ternyata cekdam itu ada di KBBI toh.

    Setelah saya temukan arti kata cekdam, bukannya hilang rasa penasaran saya tetapi semakin besar rasa penasaran saya untuk melihat langsung. Ternyata gak hanya saya yang ingin melihat langsung keadaan cekdam itu. Sehingga kamipun mencari informasi tentang jalan menuju ke sana kepada siswa siswi yang sudah pernah ke sana. Sebenarnya, ada dua jalan yang dapat ditempuh untuk menuju ke cekdam. Jalan pertama adalah jalan utama yang terletak di samping gerbang sekolah SMA Plus. Untuk jalan utama ini, kita hanya mengikuti jalan yang ada hingga ada sebuah pamphlet di pinggir jalan di sebelah kita ikut belok ke kiri. Setelah itu, kita akan menjumpai parit besar di sebelah kiri disertai dengan berbagai lahan pertanian seperti sawah dan holtikultura. Jika melalui jalan yang utama ini, dengan mobil dapat ditempuh ±20 menit sedangkan dengan jalan kaki tentunya bisa sampai sekitar 40 menit. Selain itu, ada jalan alternatif ke dua yaitu melalui hutan dan jalan yang sedikit ekstrim. Jalan alternatif ini melewati hutan di belakang sekolah dan jalan yang baru dirintis. Jika melalui jalan alternative ini mereka mengatakan dapat ditempuh sekitar 20 menit.

    Di sore hari, kira-kira pukul 17.00 kami pun nekat untuk mengobati rasa penasaran tentang cekdam. Berhubung kami hanya memiliki kaki untuk transportasi dan juga menghemat waktu yang sudah semakin sore maka kami lebih memilih jalan alternative yang ke dua yaitu melewati hutan di belakang sekolah. Kami berangkat berlima.

    Dalam perjalanan, kami mengikuti arahan seorang teman. Mulai dari melewati asrama kelas X, kemudian menaiki tangga dan mulailah masuk ke dalam hutan. Sebagai anak geografi tentu saya merasa sangat beruntung untuk memperhatikan keadaan di sekeliling jalan yang kami lalui. Saya terkaget ketika di hutan itu terjadi pembakaran hutan. Hal ini terlihat dari sisa-sisa pohon yang terbakar. Padahal, sama-sama kita ketahui untuk daerah pegunungan itu lebih baik dijadikan hutan lindung. Kemudian pembukaan lahan sangat tidak dianjurkan dengan membakarnya. Selain dapat menjadi kebakaran hutan yang meluas, asap yang dihasilkan juga akan menambah parahnya efek rumah kaca. Tidak hanya sampai di situ, malah ada yang masih dalam keadaan terbakar dengan api yang masih berkobar. Ditambah lagi tidak kami jumpai seorang pun yang melakukan itu padahal api masih menyala tetapi hanya ditinggalkan begitu saja. Bayangkan sajajika angina kencang maka hutan yang akan terbakar tentu semakin luas. Tetapi kami juga tidak bisa melakukan apa pun. Kami hanya melanjutkan perjalanan.

    Setelah melewati hutan kami melalui jalan yang baru dirintis sepertinya, sehingga jalan masih berupa tanah kuning. Sepanjang jalan dapat ditemui erosi parit di tengah-tengah jalan. Keadaan jalan juga menurun lumayan terjal dengan tebing di sebelah kiri jalan. Kami terus berjalan dan akhirnya menemukan sambungan darijalan utama yaitu jalan yang sudah berbatu. Sepanjang perjalanan kami berjumpa beberapa orang penduduk yang baru pulang dari lading mereka. Setelah merasa lelah, saya pun bertanya pada teman yang lain kira-kira masih jauh lagi kah? Terus katanya, gak kok 15 menit lagi. Dengan langkah yang semakin terseok-seok saya paksakan untuk mencapai tujuan yaitu cekdam.

     Dengan tenaga yang tersisa kami berjalan perlahan-lahan. Di sebelah kirisudah mulai terlihat parit-parit besar dan juga lahan pertanian seperti padi dan cabai. Teman saya juga bilang, udah mau sampai ini. Saya pun semakin semangat. Dan taklama kemudian terlihatlah di depan saya seperti sebuah danau berwarna hijau dengan pagar besi yang di cat biru. Yah …akhirnya kami sampai di cekdam pada pukul 17.35 waktu setempat. Pemandangan yang menyejukkan mata sehingga mulai hilang rasa lelah berganti dengan kepuasan menikmati pemandangan ini.

     Kami pun menuju pinggiran cekdam ini. Dan ternyata, sesuai dengan yang mbah google bilang kalau cekdam adalah sebuah bendungan atau tanggul yang airnya akan dialirkan melalui parit-parit disepanjang jalan tadi untuk irigasi pertanian. Tetapi, tidak ada salahnya juga jika dijadikan tempat wisata dengan view barisan pegunungan yang masih cukup asri. Hanya ada di seberang yang hutannya sedang di buka untuk lahan pertanian baru sehingga belum asri. Tetapi tidak mengurangi keindahan cekdam itu sendiri. Di sini juga sudah ada penjual/warung yang menjual makanan instan atau sekedar minum dan cemilan. Untuk melengkapi perjalanan ini kami pun mengabadikan beberapa foto sebagai kenang-kenangan.







Kalau ada yang penasaran, boleh juga mengunjungi cekdam ini sebagai alternatif wisata yang menyegarkan pikiran dan ramah di kantong. Ingat, dimanapun kita harus selalu memperhatikan lingkungan terutama jaga kebersihan dan jangan buang sampah sembarangan.


Jumat, 01 April 2016

OBJEK DAN PENDEKATAN GEOGRAFI

1.        OBJEK STUDI GEOGRAFI
Objek studi geografi meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)      Kondisi dan segenap proses yang berlangsung di atas permukaan bumi.
b)      Pengorganisasian wilayah dan ruang dimuka bumi
c)      Tefsiran terhadap bentang alam dan bentang social.
d)     Hubungan manusia dengan lingkungan yang berbeda-beda baik yang merupakan hasil budaya maupun lingkungan alami.
e)      Interaksi manusia dengan proses-proses di permukaan bumi.
Objek dalam kajian geografi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu ;
  1. Objek Material
Objek material yaitu seluruh fenomena-fenomena yang ada di atas permukaan bumi, baik fenomena fisik maupun fenomena social. Gejala atau fenomena tersebut meliputi:
1)        Litosfer.Lithos artinya batuan dan sphera artinya lapisan. Deskripsi lengkapnya adalah lapisan penyusun kulit bumi yang terluar dan terbentuk dari batuan. Objek material geografi pada lapisan ini adalah segala sesuatu materi atau gejala geografi yang terdapat atau terjadi pada lapisan ini. Contoh dalam bentuk materinya yaitu: batuan dengan berbagai jenisnya, gunung dengan tipe dan ketinggianya. Sedangkan dalam bentuk fenomena dan gejala geografi misalnya gempa, pergerakan lempeng tektonik
2)        Hidrosfer. Adalah bagian dari geosfer dalam bentuk lapisan perairan yang tersebar di lautan, tanah, permukaan tanah, atmosfer (udara), maupun dalam bentuk padat, cair, gas.
Contoh dalam bentuk materi yaitu air, salju, uap (gas) dan dalam bentuk gejala geografi yaitu: pasang surut, arus laut, pergerakan air tanah dan lain-lain
3)        Atmosfer. Adalah lapisan udara yang menyelubungi bumi. Contoh dalam bentuk materi: awan, udara beserta materi penyusunnya dan dalam bentuk gejala geografi yaitu: perubahan unsur-unsur cuaca
4)        Biosfer. Lapisan kehidupan yang ada di gesofer selain dari manusia yaitu berupa flora dan fauna. Contoh materinya: flora dan fauna dan gejalanya: persebarannya, habitatnya (kondisi ruangan yang mendukungnya)
5)        Antroposfer. Adalah lapisan kehidupan manusia dalam ruang. Contohnya kehidupan biologisnya (kelahiran, kematian) kehidupan sosialnya, aktivitas ekonominya, budayana dan lain – lain.

  1. Objek Formal
Yaitu sudut pandang dan cara berpikir terhadap objek material yang berupa materi atau gejala geografi yang ada di geosfer. Cara pandang dan cara berpikir ini dapat melalui pendekatan keruangan, kelingkungan dan kewilayahan.
Objek formal adalah sudut pandang, cara berpikir, pendekatan, atau metode yang digunakan dalam menganalisis objek material. Objek formal inilah yang membedakan geografi dengan ilmu yang lainnya. Dalam geografi selalu ditanyakan mengenai dimana gejala itu terjadi dan mengapa gejala tersebut terjadi. Berikut adalah tahap  pendekatan geografi dalam memahami fenomena geosfer:
  1. What?
  2. Where?
  3. When?
  4. Why?
  5. How?
  6. Who?
Contoh penerapannya dapat dilihat pada kasus terjadinya banjir. Dalam memandang peristiwa ini geografi akan menjawab:
1. What? Apa yang terjadi?
Jawab: Banjir.
2. Where? Dimana banjir tersebut terjadi?
Jawab:  Di Medan Sumatera Utara.
3. When? Kapan banjir itu terjadi?
Jawab: Pada musim hujan bulan Februari 2007.
4. Why? Mengapa banjir tersebut dapat terjadi?
Jawab: Karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan kondisi lahan yang di Medan yang sudah tidak mampu menyerap air hujan dikarenakan pembangunan yang merusak tatanan ekosistem.
5. How? Bagaimana banjir tersebut berlangsung?
Jawab: Banjir tersebut melanda 50% wilayah Medan dan menyebabkan aktivitas perekonomian masyarakat lumpuh. Kemacetan parah juga melanda jalan-jalan protokol di kota Medan. Ribuan rumah warga rusak terendam banjir yang hampir mencapai 3 meter.
6. Who? Siapa yang harus bertanggung jawab atas fenomena ini?
Jawab: Pemerintah setempat harus bijak dalam merencanakan pembanguan kota dan masyarakat harus sadar akan lingkungannya dengan tidak membuang sampah ke saluran air dan sungai.

2.      PENDEKATAN GEOGRAFI
Dalam memahami suatu masalah tentunya diperlukan metode atau cara, begitu pula dengan ilmu geografi. Pendekatan geografi merupakan metode atau cara analisis untuk memahami berbagai gejala dan fenomena geosfer yang terjadi di permukaan bumi. Pendekatan dalam suatu konsep ilmu digunakan untuk memahami objek kajian dari ilmu itu sendiri. Penggunaan pendekatan yang tepat terhadap fenomena geografi akan memberikan hasil analisis yang tepat dan benar. Hal itu secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan secara tepat.
Analisis gejala-gejala di permukaan Bumi menggunakan pendekatan geografi dapat dilakukan dengan menerapkan pertanyaan 5W 1H (what, when, where, why, who, dan how).
Pendekatan yang digunakan dalam geografi di bedakan menjadi 3 bagian yaitu :
1.      Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)
Ruang adalah seluruh permukaan Bumi yang merupakan tempat hidup tumbuhan, hewan, dan manusia. Pendekatan keruangan menganalisis gejala atau fenomena geografis berdasarkan penyebarannya dalam ruang. Analisis keruangan merupakan pendekatan yang khas dalam geografi sebab merupakan studi tentang keanekaragaman ruang muka Bumi.
Pendekatan keruangan mendasarkan pada perbedaan sifat penting lokasi seperti struktur, pola, dan proses. Struktur keruangan berkaitan dengan elemen pembentuk ruang berupa kenampakan titik (point features), kenampakan garis (line features), dan kenampakan area (areal features. Data lokasi yang dibutuhkan dalam analisis keruangan meliputi data titik, garis, dan area. Data garis yang diperlukan antara sungai, jalan raya, dan batas wilayah. Data titik antara lain meliputi titik ketinggian, gedung, dan gunung. Sementara itu, data area meliputi hutan, permukiman, perkebunan, dan persawahan. Pendekatan keruangan mengkaji suatu permasalahan berdasarkan ruang kejadiannya. Manusia merupakan subjek dalam kajian keruangan karena kegiatan manusia mampu memengaruhi penggunaan ruang, penyediaan ruang yang akan dimanfaatkan, serta pola keruangan yang dihasilkan.
Pendekatan keruangan mengkaji fenomena geosfer dengan analisis aktivitas manusia, topik, dan regional. 
·  Analisis pendekatan aktivitas manusia mengkaji hubungan aktivitas manusia dalam ruang. Contohnya, pemanfaatan dataran rendah untuk lahan pertanian.
· Analisis pendekatan topik diperlukan dalam kajian keruangan. Pendekatan topik menghubungkan suatu kejadian dengan tema utama dalam permasalahan tersebut. Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji fenomena geografi dari topik tertentu yang menjadi pusat perhatian. Contohnya, wabah penyakit demam berdarah di suatu wilayah. Penyakit demam berdarah menjadi topik utama karena menyerang penduduk yang berdomisili di wilayah tersebut.

Contoh penggunaan pendekatan keruangan dalam analisis geografi sebagai berikut.
a.       Kepadatan penduduk di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan.
b.      Permasalahan kependudukan di negara berkembang lebih kompleks dibandingkan dengan negara maju.
c.       Terbentuknya pola permukiman yang berbeda di daerah pegunungan dan sepanjang aliran sungai.

2.      Pendekatan Kelingkungaan/ekologi (Ecological Approach)
Pendekatan ekologis merupakan analisis yang menekankan pada hubungan antara manusia sebagai makhluk berbudaya beserta aktivitasnya dengan lingkungan tempat keberadaannya (focus ekosistem) (Yunus,2010).
Pendekatan kelingkungan, menekankan pada hal-hal berikut:
a.       Interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan. Organisme hidup mencakup manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, sedangkan lingkungan mencakup lithosfer, hidrosfer dan atmosfer.
b.      Interaksi organisme hidup satu dengan organism hidup lainnya. Interaksi ini bias berlaku antara manusia dengan organism lainnya (hewan dan tumbuhan) dan juga berlaku antara kelompok manusia satu dengan kelompok hewan lainnya.
Pendekatan kelingkungan (ekologi) tidak hanya mendasarkan pada interaksi organisme dengan lingkungan, tetapi juga dikaitkan dengan fenomena yang ada serta perilaku manusia. Pada dasarnya lingkungan geografi mempunyai dua sisi, yaitu perilaku manusia dan fenomena lingkungan.
Pendekatan kelingkungan berperan untuk mengkaji permasalahan yang disebabkan oleh interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan yang lain. Makhluk hidup yang memiliki peran penting dalam interaksi tersebut adalah manusia. Oleh karena itu, pendekatan kelingkungan dapat digunakan untuk mengetahui tindakan manusia yang menyebabkan kerusakan lingkungan serta upaya manusia yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya.
Pada analisis kelingkungan ahli geografi merupakan analisis dengan melihat perubahan komponen biotic dan abiotik dalam keseimbangan ekosistem suatu wilayah. Contoh suatu daerah aliran sungai (DAS) yang seluruh vegetasi di bagian hulu ditebang habis sehingga DAS hulu itu gundul. Melalui gejala dan proses geografi yang terjadi setelah penggundulan, wujud perubahan bentang lahan di daerah itu, dan dampaknya terhadap kondisi lingkungan setelah pengundulan.

3.      Pendekatan Kompleks Wilayah/Kewilayahan (Regional Complex Approach)
Pendekatan kewilayahan merupakan analisis yang menekankan pada integrasi antara pendekatan keruangan dan ekologis dalam suatu ruang muka bumi lainnya (focus eksistensi wilayah). Pendekatan ini mengintegrasikan pendekatan keruangan dan pendekatan ekologis sehingga analisis wilayah yang dilakukan mencerminkan analisis yang menyatu. Substansi pendekatan kompleks wilayah adalah integrasi analisis system wilayah (regional system) dan wilayah system (systemic region) (Yunus, 2010). Yang dimaksud system wilayah adalah system yang terbentuk dari berbagai keterkaitan antar berbagai sub wilayah, sedangkan wilayah system adalah wilayah yang mencerminkan kesatuan system keterkaitan antar komponen wilayah (antar elemen geosfer). Pendekatan ini dapat untuk hubungan semua geosfer (lithosfer, pedosfer, hidrosfer, atmosfer, antroposfer, biosfer). Dalam pendekatan ini ada interaksi, sinergisme, dan sebab akibat antar sub-wilayah.
Pendekatan kewilayahan mengkaji suatu fenomena dengan mengombinasikan pendekatan keruangan dan kelingkungan sehingga analisisnya mengkaji deskripsi, distribusi, dan hubungan timbal balik antara alam dan makhluk hidup atau antara alam dengan alam. Kajian yang kompleks tersebut pada umumnya digunakan untuk analisis perencanaan tata ruang kota, perencanaan kawasan transmigrasi, dan perencanaan permukiman.
Salah satu penerapan pendekatan kompleks wilayah yang paling tepat adalah kegiatan perencanaan permukiman suatu kawasan. Pendekatan kompleks wilayah atau kewilayahan mengkaji suatu permasalahan dengan mengombinasikan pendekatan keruangan dan kelingkungan. Kajian pendekatan kompleks wilayah dapat menemukan bahwa fenomena yang terjadi di setiap wilayah berbeda-beda. Perbedaan fenomena tersebut membentuk karakteristik wilayah. Contohnya, pembangunan permukiman di wilayah perbukitan dan dataran rendah memerlukan kajian karakteristik tiap-tiap wilayah. Untuk mendapatkan perencanaan kawasan yang tepat, diperlukan pendekatan kompleks wilayah.

Contoh lainnya adalah masalah banjir di Jakarta. Dalam kajian ini perlu dibedakan wilayah yang berupa dataran rendah dan kena banjir (DKI Jakarta) dan wilayah yang berupa pegunungan dan berfungsi sebagai resapan air, namun justru mengirimkan air banjir (Bogor, Depok, Tangerang).  Untuk mengkaji masalah ini perlu dianalisis factor-faktor yang menyebabkan wilayah pegunungan/resapan (Bogor, Depok, Tangerang) dapat mengirimkan air secara berlebihan ke wilayah Jakarta. Hasilnya dapat digunakan untuk mengatasi banjir di Jakarta. Pemda DKI perlu bekerja sama dengan pemda daerah sekitarnya untuk memperbaiki DAS, dan saling membantu untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam mengelola air hujan dengan sebaik-baiknya sehingga sebagian besar air hujan bias meresap ke dalam tanah dan aliran air sungai tidak terhambat oleh sampah atau penyempitan dan pendangkalan alur. Hal ini berarti ada interaksi, sinergi dan sebab akibat antara subwilayah yang mengirim air banjir.

Dikutip dari :
-          Mulyo, Bambang Nianto dan Purwadi Suhandini. 2013. Geografi 1 untuk kelas X SMA dan MA. Solo.PT. Wangsa Jatra Lestari.
-          Tika,Pabundu.dkk.2007.Pengetahuan Sosial Geografi SMA/MA kelas X.Jakarta.Bumi Aksara

Senin, 21 Maret 2016

MEMBUAT TAS DARI SAMPAH

Begitu banyak benda benda disekitar kita yang selalu tidak kita hiraukan, malah kita anggap hanya sebagai sampah yang mesti di buang. Padahal, sebagian sampah yang selalu kita buang tersebut bisa menjadi barang yang lebih bernilai jika kita mampu untuk mengubahnya. 

Sekarang ini sebagian besar berbagai kebutuhan kita selalu berkaitan dengan yang namanya plastik. Dimana plastik ini selain sebagai bahan baku sebuah benda tetapi juga sebagai kemasan. Nah, sebagai kemasan tentunya akan menjadi barang yang tidak terpakai atau bahkan terbuang. Jika sampah-sampah kemasan berbagai kebutuhan kita tersebut hanya kita buang tentunya akan semakin manjadi beban bagi bumi kita. 

Oleh sebab itu, marilah kita mencoba bersama untuk lebih memanfaatkan barang-barang tersebut. Melalui tulisan ini kita belajar bersama memanfaatkan salah satu kemasan plastik yang sering kita gunakan yaitu detergent. Tentu kita sering menggunakan detergen yang selama ini hanya kita buang mulai sekarang kita kumpulkan untuk mengubahnya menjadi barang yang lebih berguna. Berikut ini saya ingin mencoba untuk berbagi cara membuat tas dari plastik bekas kemasan detergen.

ALAT DAN BAHAN :
  1.   Plastik bekas kemasan deterjen cair (rinso, so klin liquid, dll)  ataupun minuman bubuk (marimas, pop ice, dll)
  2. Gunting
  3. Bahan hiasan dapat berupa renda, kain flannel, resleting, sesuai keinginan.


LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT
  1.   Siapkan plastik bekas kemasan cukup banyak.

2        2.  Bersihkan plastic plastic tersebut hingga bersih dari sisa-sisa deterjen yang tertinggal didalam kemasan









        3.  Kemudian potong dengan gunting setiap plastic kemasan tersebut menjadi tiga bagian seperti pada gambar 




           4.   Kemudian keringkan boleh dengan di jemur dibawah sinar matahari ataupun diangin-anginkan saja.
        5.   Setelah kering, ambil satu bagian kemudian lipat menghadap ke dalam kemasaan menjadi seperti pada gambar 



   6.   Setelah semua terlipat, rangkaikan satu per satu hasil lipatan menjadi anyaman berbentuk belah ketupat.



        7.   Cara membuat anyaman adalah ambil 2 buah plastic yang sudah dilipat kemudian masukkan salah satu lipatan ke bagian tengah lipatan lainnya,  kemudian ambil lagi sebuah  lipatan plastic lainnya selipkan pada salah satu ujung lipatan yang sudah dirangkai lebih dahulu, ambil lagi sebuah lipatan plastic masukkan kesalah satu lipatan. Prinsip dari pengerjaan anyaman ini adalah anyaman dengan motif satu-satu. Jadi jika satu bagian plastic masuk lipatan maka yang satu lipatan lagi harus dikeluarkan hingga terbentuk seperti gambar diatas.

8.   Setelah terbentuk satu rangkaian anyaman, lanjutkan rangkaian hingga membentuk memanjang sesuai selera yang akan digunakan sebagai dasar tas.



9.  Lakukan langkah membuat anyaman berulang hingga menjadi bentuk tas.
10.    Tahap terakhir adalah memasang kelengkapan tas seperti tali dan berbagai hiasan seperti renda.


     Nah, itulah salah satu hasil karya yang mungkin tidak seberapa. Tetapi kita bisa mengurangi sampah sedikit demi sedikit dengan satu tindakan kecil yang pada akhirnya akan memiliki dampak besar jika dilakukan oleh banyak orang. Tunjukkan kepdulianmu terhadap lingkungan kita melalui hal-hal kecil. 
    Semoga Bermanfaat  




Minggu, 16 Februari 2014

TEKTONIK LEMPENG

Teori tektonik lempeng adalah suatu teori yang menjelaskan mengenai sifat-sifat bumi yang mobil/dinamis yang disebabkan oleh gaya endogen yang berasal dari dalam bumi. Dalam teori tektonik lempeng dinyatakan bahwa pada dasarnya kerak-bumi (litosfir) terbagi dalam 13 lempeng besar dan kecil. Adapun lempeng-lempeng tersebut sebagai berikut:
1). Lempeng Pasific (Pasific plate),
2). Lempeng Euroasia (Eurasian plate),
3). Lempeng India-Australia (Indian-Australian plate),
4). Lempeng Afrika (African plate),
5). Lempeng Amerika Utara (North American plate),
6). Lempeng Amerika Selatan (South American plate),
7). Lempeng Antartika (Antartic plate)

serta beberapa lempeng kecil seperti :
1). Lempeng Nasca (Nasca plate),
2). Lempeng Arab (Arabian plate), dan
3). Lempeng Karibia (Caribian plate).
4). Lempeng Philippines (Phillippines plate)
5). Lempeng Scotia (Scotia plate)
6). Lempeng Cocos (Cocos plate)
Persebaran lempeng dunia

Batas-batas dari ke 13 lempeng tersebut diatas dapat dibedakan berdasarkan interaksi antara lempengnya sebagai berikut :
1.  Batas Konvergen

Batas Lempeng Konvergen

Batas konvergen adalah batas antar lempeng yang saling bertumbukan. Batas lempeng konvergen dapat berupa batas Subduksi (Subduction) atau Obduksi (Obduction).
Batas subduksi adalah batas lempeng yang berupa tumbukan lempeng dimana salah satu lempeng menyusup ke dalam perut bumi dan lempeng lainnya terangkat ke permukaan. Contoh batas lempeng konvergen dengan tipe subduksi adalah Kepulauan Indonesia sebagai bagian dari lempeng benua Asia Tenggara dengan lempeng samudra Hindia.Australia di sebelah selatan Sumatra-Jawa-NTB dan NTT. Batas kedua lempeng ini berupa suatu zona subduksi yang terletak di laut yang berbentuk palung (trench) yang memanjang dari Sumatra, Jawa, hingga ke Nusa Tenggara Timur. Contoh lainnya adalah kepulauan Philipina, sebagai hasil subduksi antara lempeng samudra Philipina dengan lempeng samudra Pasifik.
Obduksi (Obduction) adalah batas lempeng yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua dengan benua yang membentuk suatu rangkaian pegunungan. Contoh batas lempeng tipe obduksi adalah pegunungan Himalaya yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua India dengan lempeng benua Eurasia.
Tatanan tektonik yang terjadi pada batas lempeng konvergen, dimana lempeng samudra dan lempeng samudra saling bertemu akan menghasilkan suatu rangkaian busur gunungapi (volcanic arc) yang arahnya sejajar / simetri dengan arah palung (trench). Cekungan Busur Belakang (Back Arc Basin) berkembang dibagian belakang busur gunungapi. Contoh kasus dari
model ini adalah rangkaian gunungapi di kepulauan Philipina yang merupakan hasil tumbukan lempeng laut Philipina dengan lempeng samudra Pasifik.
Pada batas lempeng konvergen, dimana terjadi tumbukan antara lempeng samudra dan lempeng benua, maka tatanan tektoniknya dicirikan oleh Palung (Trench), Prisma Akresi (Accretion Prism), Cekungan Busur Muka (Forearc Basin), Busur Kepulauan Gunungapi (Volcanic Island Arc), dan Cekungan Busur Belakang (Backarc Basin).

2. Batas Divergen

Batas Lempeng Divergen

Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling menjauh satu dan lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik (tensional force) yang mengakibatkan naiknya magma kepermukaan dan membentuk material baru berupa lava yang kemudian berdampak pada lempeng yang saling menjauh. Zone divergen, ditandai dengan pematang tengah samudra (oceanic ridge), seperti pematang tengah Samudra Pasifik dan Atlantik dan lava bantal (pillow lava) yang bersifat basaltis.
Di daerah dua lempeng yang saling berjauhan terjadi:
-          Pembentukan tanggul di dasar samudera sepanjang perenggangan lempeng, seperti tanggul-tanggul di dasar Samudera Atlantik, Samudera Pasifik.
-          Persebaran lempeng tektonik di bumi.
-          Benua Amerika bergerak menjauh dengan benua Afrika dan Eropa.
-          Vulkanisme dasar laut menghasilkan lava basa/lava encer.
-          Aktivitas gempa di dasar laut.
Contoh yang paling terkenal dari batas lempeng jenis divergen adalah Punggung Tengah Samudra (Mid Oceanic Ridges) yang berada di dasar samudra Atlantik, disamping itu contoh lainnya adalah rifting yang terjadi antara benua Afrika dengan Jazirah Arab yang membentuk laut merah.

3. Batas Transform

Batas Lempeng Transform

Batas transform adalah batas antar lempeng yang saling berpapasan dan saling bergeser satu dan lainnya menghasilkan suatu sesar mendatar jenis Strike Slip Fault. Contoh batas lempeng jenis transforms adalah patahan San Andreas di Amerika Serikat yang merupakan pergeseran lempeng samudra Pasifik dengan lempeng benua Amerika Utara.

Berdasarkan teori tektonik lempeng, lempeng-lempeng yang ada saling bergerak dan berinteraksi satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng lempeng tersebut juga secara tidak langsung dipengaruhi oleh rotasi bumi pada sumbunya. Sebagaimana diketahui bahwa kecepatan rotasi yang terjadi bola bumi akan akan semakin cepat ke arah ekuator.

Sumber :
Soegimo, Dibyo.2009.Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X.Jakarta:Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Noor, Djauhari.2009.Pengantar Geologi.CV.Graha Ilmu.

Jumat, 07 Februari 2014

HUTAN BAKAU DAN MANFAATNYA

     


     Hutan bakau dikenal juga dengan istilah "hutan mangrove". Hutan bakau didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan yang terdapat di daerah-daerah yang selalu atau secara teratur tergenang pasang surut, tetapi tidak tergantung pada iklim. Hutan mangrove juga terdapat pada kondisi habitat tanah lumpur, pasir, atau lumpur berpasir. mangrove merupakan vegetasi yang khas di zonasi pantai, flora yang umum ditemukan pada tipe hutan ini mulai dari semak/tumbuhan bawah hingga pohon-pohon besar dengan tinggi dapat mencapai 30 m. Bahkan, pada hutan bakau masih alami dapat dijumpai pohon-pohon besar mencapai tinggi 50 m, dan hanya mempunyai satu stratum tajuk.
     Kata mangrove menurut Istomo (1992) mengandung dua pengertian, yaitu suatu kelompok ekologi dari jenis-jenis yang menempati tanah pasang surut di daerah tropis, dan secara khusus mengandung arti komunitas dari tumbuhan-tumbuhan tersebut.
     Hutan mangrove yang keberadaannya semakin menurun, memiliki fungsi dan peranan yang sangat besar, diantaranya adalah fungsi fisik, fungsi biologi, dan fungsi sosial ekonomi. Kerusakan hutan mangrove akan mengakibatkan hilangnya fungsi hutan sampai mengakibatkan timbulnya bencana berupa intrusi air laut, banjir, dan pencemaran air.
     Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa hutan mangrove memiliki berbagai fungsi yaitu
1. Fungsi Biologi

     Fungsi Biologis dengan adanya hutan mangrove adalah sebagai tempat tumbuhnya berbagai jenis pohon mangrove seperti Rhizophora spp., Sonneratia spp., Avicennia spp., dan lain-lain. Fungsi lainnya adalah sebagai sumber makanan bagi organisme, sebagai habitat bagi ikan, plankton, dan juga dapat dijadikan tempat untuk budidaya lebah madu.
2. Fungsi Fisik
    Fungsi fisik hutan mangrove ditekankan kepada manfaat mangrove untuk mencegah banjir, mengurangi pencemaran, ketebalan bahan organik, abrasi pantai, salinitas air tawar, intrusi air laut, dan kondisi kimia air serta laju sedimentasi.
3. Fungsi sosial Ekonomi
     Pada dasarnya hutan mangrove memiliki manfaat dan nilai guna bagi masyarakat sekitarnya. Disamping peranan biologis dan fisik, hutan bakau juga memiliki manfaat yang cukup besar bagi kepentingan ekonomi (produksi) yang mampu menunjang kehidupan. 
    Produk langsung dari hutan mangrove adalah sebagai bahan bakar, konstruksi, makanan ternak, produksi kertas, makanan, minuman dan obat-obatan.

Sumber:
Suwandhi, ichsan dan Cepi Heryadi. 2007. Hutan Bakau Manfaat bagi Lingkungan dan Kehidupan Manusia.Bandung:Sinergi Pustaka Indonesia.