Minggu, 16 Februari 2014

TEKTONIK LEMPENG

Teori tektonik lempeng adalah suatu teori yang menjelaskan mengenai sifat-sifat bumi yang mobil/dinamis yang disebabkan oleh gaya endogen yang berasal dari dalam bumi. Dalam teori tektonik lempeng dinyatakan bahwa pada dasarnya kerak-bumi (litosfir) terbagi dalam 13 lempeng besar dan kecil. Adapun lempeng-lempeng tersebut sebagai berikut:
1). Lempeng Pasific (Pasific plate),
2). Lempeng Euroasia (Eurasian plate),
3). Lempeng India-Australia (Indian-Australian plate),
4). Lempeng Afrika (African plate),
5). Lempeng Amerika Utara (North American plate),
6). Lempeng Amerika Selatan (South American plate),
7). Lempeng Antartika (Antartic plate)

serta beberapa lempeng kecil seperti :
1). Lempeng Nasca (Nasca plate),
2). Lempeng Arab (Arabian plate), dan
3). Lempeng Karibia (Caribian plate).
4). Lempeng Philippines (Phillippines plate)
5). Lempeng Scotia (Scotia plate)
6). Lempeng Cocos (Cocos plate)
Persebaran lempeng dunia

Batas-batas dari ke 13 lempeng tersebut diatas dapat dibedakan berdasarkan interaksi antara lempengnya sebagai berikut :
1.  Batas Konvergen

Batas Lempeng Konvergen

Batas konvergen adalah batas antar lempeng yang saling bertumbukan. Batas lempeng konvergen dapat berupa batas Subduksi (Subduction) atau Obduksi (Obduction).
Batas subduksi adalah batas lempeng yang berupa tumbukan lempeng dimana salah satu lempeng menyusup ke dalam perut bumi dan lempeng lainnya terangkat ke permukaan. Contoh batas lempeng konvergen dengan tipe subduksi adalah Kepulauan Indonesia sebagai bagian dari lempeng benua Asia Tenggara dengan lempeng samudra Hindia.Australia di sebelah selatan Sumatra-Jawa-NTB dan NTT. Batas kedua lempeng ini berupa suatu zona subduksi yang terletak di laut yang berbentuk palung (trench) yang memanjang dari Sumatra, Jawa, hingga ke Nusa Tenggara Timur. Contoh lainnya adalah kepulauan Philipina, sebagai hasil subduksi antara lempeng samudra Philipina dengan lempeng samudra Pasifik.
Obduksi (Obduction) adalah batas lempeng yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua dengan benua yang membentuk suatu rangkaian pegunungan. Contoh batas lempeng tipe obduksi adalah pegunungan Himalaya yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua India dengan lempeng benua Eurasia.
Tatanan tektonik yang terjadi pada batas lempeng konvergen, dimana lempeng samudra dan lempeng samudra saling bertemu akan menghasilkan suatu rangkaian busur gunungapi (volcanic arc) yang arahnya sejajar / simetri dengan arah palung (trench). Cekungan Busur Belakang (Back Arc Basin) berkembang dibagian belakang busur gunungapi. Contoh kasus dari
model ini adalah rangkaian gunungapi di kepulauan Philipina yang merupakan hasil tumbukan lempeng laut Philipina dengan lempeng samudra Pasifik.
Pada batas lempeng konvergen, dimana terjadi tumbukan antara lempeng samudra dan lempeng benua, maka tatanan tektoniknya dicirikan oleh Palung (Trench), Prisma Akresi (Accretion Prism), Cekungan Busur Muka (Forearc Basin), Busur Kepulauan Gunungapi (Volcanic Island Arc), dan Cekungan Busur Belakang (Backarc Basin).

2. Batas Divergen

Batas Lempeng Divergen

Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling menjauh satu dan lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik (tensional force) yang mengakibatkan naiknya magma kepermukaan dan membentuk material baru berupa lava yang kemudian berdampak pada lempeng yang saling menjauh. Zone divergen, ditandai dengan pematang tengah samudra (oceanic ridge), seperti pematang tengah Samudra Pasifik dan Atlantik dan lava bantal (pillow lava) yang bersifat basaltis.
Di daerah dua lempeng yang saling berjauhan terjadi:
-          Pembentukan tanggul di dasar samudera sepanjang perenggangan lempeng, seperti tanggul-tanggul di dasar Samudera Atlantik, Samudera Pasifik.
-          Persebaran lempeng tektonik di bumi.
-          Benua Amerika bergerak menjauh dengan benua Afrika dan Eropa.
-          Vulkanisme dasar laut menghasilkan lava basa/lava encer.
-          Aktivitas gempa di dasar laut.
Contoh yang paling terkenal dari batas lempeng jenis divergen adalah Punggung Tengah Samudra (Mid Oceanic Ridges) yang berada di dasar samudra Atlantik, disamping itu contoh lainnya adalah rifting yang terjadi antara benua Afrika dengan Jazirah Arab yang membentuk laut merah.

3. Batas Transform

Batas Lempeng Transform

Batas transform adalah batas antar lempeng yang saling berpapasan dan saling bergeser satu dan lainnya menghasilkan suatu sesar mendatar jenis Strike Slip Fault. Contoh batas lempeng jenis transforms adalah patahan San Andreas di Amerika Serikat yang merupakan pergeseran lempeng samudra Pasifik dengan lempeng benua Amerika Utara.

Berdasarkan teori tektonik lempeng, lempeng-lempeng yang ada saling bergerak dan berinteraksi satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng lempeng tersebut juga secara tidak langsung dipengaruhi oleh rotasi bumi pada sumbunya. Sebagaimana diketahui bahwa kecepatan rotasi yang terjadi bola bumi akan akan semakin cepat ke arah ekuator.

Sumber :
Soegimo, Dibyo.2009.Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X.Jakarta:Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Noor, Djauhari.2009.Pengantar Geologi.CV.Graha Ilmu.

Jumat, 07 Februari 2014

HUTAN BAKAU DAN MANFAATNYA

     


     Hutan bakau dikenal juga dengan istilah "hutan mangrove". Hutan bakau didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan yang terdapat di daerah-daerah yang selalu atau secara teratur tergenang pasang surut, tetapi tidak tergantung pada iklim. Hutan mangrove juga terdapat pada kondisi habitat tanah lumpur, pasir, atau lumpur berpasir. mangrove merupakan vegetasi yang khas di zonasi pantai, flora yang umum ditemukan pada tipe hutan ini mulai dari semak/tumbuhan bawah hingga pohon-pohon besar dengan tinggi dapat mencapai 30 m. Bahkan, pada hutan bakau masih alami dapat dijumpai pohon-pohon besar mencapai tinggi 50 m, dan hanya mempunyai satu stratum tajuk.
     Kata mangrove menurut Istomo (1992) mengandung dua pengertian, yaitu suatu kelompok ekologi dari jenis-jenis yang menempati tanah pasang surut di daerah tropis, dan secara khusus mengandung arti komunitas dari tumbuhan-tumbuhan tersebut.
     Hutan mangrove yang keberadaannya semakin menurun, memiliki fungsi dan peranan yang sangat besar, diantaranya adalah fungsi fisik, fungsi biologi, dan fungsi sosial ekonomi. Kerusakan hutan mangrove akan mengakibatkan hilangnya fungsi hutan sampai mengakibatkan timbulnya bencana berupa intrusi air laut, banjir, dan pencemaran air.
     Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa hutan mangrove memiliki berbagai fungsi yaitu
1. Fungsi Biologi

     Fungsi Biologis dengan adanya hutan mangrove adalah sebagai tempat tumbuhnya berbagai jenis pohon mangrove seperti Rhizophora spp., Sonneratia spp., Avicennia spp., dan lain-lain. Fungsi lainnya adalah sebagai sumber makanan bagi organisme, sebagai habitat bagi ikan, plankton, dan juga dapat dijadikan tempat untuk budidaya lebah madu.
2. Fungsi Fisik
    Fungsi fisik hutan mangrove ditekankan kepada manfaat mangrove untuk mencegah banjir, mengurangi pencemaran, ketebalan bahan organik, abrasi pantai, salinitas air tawar, intrusi air laut, dan kondisi kimia air serta laju sedimentasi.
3. Fungsi sosial Ekonomi
     Pada dasarnya hutan mangrove memiliki manfaat dan nilai guna bagi masyarakat sekitarnya. Disamping peranan biologis dan fisik, hutan bakau juga memiliki manfaat yang cukup besar bagi kepentingan ekonomi (produksi) yang mampu menunjang kehidupan. 
    Produk langsung dari hutan mangrove adalah sebagai bahan bakar, konstruksi, makanan ternak, produksi kertas, makanan, minuman dan obat-obatan.

Sumber:
Suwandhi, ichsan dan Cepi Heryadi. 2007. Hutan Bakau Manfaat bagi Lingkungan dan Kehidupan Manusia.Bandung:Sinergi Pustaka Indonesia.