Di sini, semua orang tau kalau
udah ngomongin cekdam. Siapa sih yang
gak tau cekdam, bahkan jadi trending
topic di sini terutama siswa SMA Plus dan masyarakat seputaran Sipirok.
Sebagai tempat hiburan, main-main dan mandi-mandi yang tergolong ramah buat
“kantong”. Kecuali… yah kamilah para “penumpang” di kompleks SMA Plus ini.
Sebelumnya, ada yang tau gak apa
itu cekdam? Yah mana tau ada temen saya yang juga gak tau tentang cekdam
(hihihi). Okelah, untuk mengobati rasa penasaran saya, maka saya lakukan hal
yang selalu dilakukan oleh para kids
jaman now (apa itu?). Ya, googling. Maka saya obrak abrik dan saya telusuri
mbah google sampai akhirnya saya temukan apa itu cekdam di salah satu situs
internet (kbbi.web.id). Ternyata cekdam artinya tanggul sejajar dengan arus air
untuk mencegah pelebaran sungai, tanggul pengaman. Itulah cekdam umum. Hmm…
saya mulai berpikir, mungkinkah cekdam di sini juga merupakan sebuah tanggul?
Awalnya saya kira cekdam adalah bahasa setempat ternyata cekdam itu ada di KBBI
toh.
Setelah saya temukan arti kata
cekdam, bukannya hilang rasa penasaran saya tetapi semakin besar rasa penasaran
saya untuk melihat langsung. Ternyata gak hanya saya yang ingin melihat
langsung keadaan cekdam itu. Sehingga kamipun mencari informasi tentang jalan
menuju ke sana kepada siswa siswi yang sudah pernah ke sana. Sebenarnya, ada
dua jalan yang dapat ditempuh untuk menuju ke cekdam. Jalan pertama adalah
jalan utama yang terletak di samping gerbang sekolah SMA Plus. Untuk jalan
utama ini, kita hanya mengikuti jalan yang ada hingga ada sebuah pamphlet di
pinggir jalan di sebelah kita ikut belok ke kiri. Setelah itu, kita akan
menjumpai parit besar di sebelah kiri disertai dengan berbagai lahan pertanian
seperti sawah dan holtikultura. Jika melalui jalan yang utama ini, dengan mobil
dapat ditempuh ±20 menit sedangkan dengan jalan kaki tentunya bisa sampai
sekitar 40 menit. Selain itu, ada jalan alternatif ke dua yaitu melalui hutan
dan jalan yang sedikit ekstrim. Jalan alternatif ini melewati hutan di belakang
sekolah dan jalan yang baru dirintis. Jika melalui jalan alternative ini mereka
mengatakan dapat ditempuh sekitar 20 menit.
Di sore hari, kira-kira pukul
17.00 kami pun nekat untuk mengobati rasa penasaran tentang cekdam. Berhubung kami
hanya memiliki kaki untuk transportasi dan juga menghemat waktu yang sudah
semakin sore maka kami lebih memilih jalan alternative yang ke dua yaitu
melewati hutan di belakang sekolah. Kami berangkat berlima.
Dalam perjalanan, kami mengikuti
arahan seorang teman. Mulai dari melewati asrama kelas X, kemudian menaiki
tangga dan mulailah masuk ke dalam hutan. Sebagai anak geografi tentu saya
merasa sangat beruntung untuk memperhatikan keadaan di sekeliling jalan yang
kami lalui. Saya terkaget ketika di hutan itu terjadi pembakaran hutan. Hal ini
terlihat dari sisa-sisa pohon yang terbakar. Padahal, sama-sama kita ketahui
untuk daerah pegunungan itu lebih baik dijadikan hutan lindung. Kemudian pembukaan
lahan sangat tidak dianjurkan dengan membakarnya. Selain dapat menjadi
kebakaran hutan yang meluas, asap yang dihasilkan juga akan menambah parahnya
efek rumah kaca. Tidak hanya sampai di situ, malah ada yang masih dalam keadaan
terbakar dengan api yang masih berkobar. Ditambah lagi tidak kami jumpai seorang
pun yang melakukan itu padahal api masih menyala tetapi hanya ditinggalkan
begitu saja. Bayangkan sajajika angina kencang maka hutan yang akan terbakar
tentu semakin luas. Tetapi kami juga tidak bisa melakukan apa pun. Kami hanya
melanjutkan perjalanan.
Setelah melewati hutan kami
melalui jalan yang baru dirintis sepertinya, sehingga jalan masih berupa tanah
kuning. Sepanjang jalan dapat ditemui erosi parit di tengah-tengah jalan. Keadaan
jalan juga menurun lumayan terjal dengan tebing di sebelah kiri jalan. Kami
terus berjalan dan akhirnya menemukan sambungan darijalan utama yaitu jalan
yang sudah berbatu. Sepanjang perjalanan kami berjumpa beberapa orang penduduk
yang baru pulang dari lading mereka. Setelah merasa lelah, saya pun bertanya
pada teman yang lain kira-kira masih jauh lagi kah? Terus katanya, gak kok 15
menit lagi. Dengan langkah yang semakin terseok-seok saya paksakan untuk mencapai
tujuan yaitu cekdam.
Dengan tenaga yang tersisa kami
berjalan perlahan-lahan. Di sebelah kirisudah mulai terlihat parit-parit besar
dan juga lahan pertanian seperti padi dan cabai. Teman saya juga bilang, udah
mau sampai ini. Saya pun semakin semangat. Dan taklama kemudian terlihatlah di
depan saya seperti sebuah danau berwarna hijau dengan pagar besi yang di cat
biru. Yah …akhirnya kami sampai di cekdam pada pukul 17.35 waktu setempat. Pemandangan
yang menyejukkan mata sehingga mulai hilang rasa lelah berganti dengan kepuasan
menikmati pemandangan ini.
Kami pun menuju pinggiran cekdam
ini. Dan ternyata, sesuai dengan yang mbah google bilang kalau cekdam adalah
sebuah bendungan atau tanggul yang airnya akan dialirkan melalui parit-parit
disepanjang jalan tadi untuk irigasi pertanian. Tetapi, tidak ada salahnya juga
jika dijadikan tempat wisata dengan view barisan
pegunungan yang masih cukup asri. Hanya ada di seberang yang hutannya sedang di
buka untuk lahan pertanian baru sehingga belum asri. Tetapi tidak mengurangi keindahan
cekdam itu sendiri. Di sini juga sudah ada penjual/warung yang menjual makanan
instan atau sekedar minum dan cemilan. Untuk melengkapi perjalanan ini kami pun
mengabadikan beberapa foto sebagai kenang-kenangan.
Kalau ada yang penasaran, boleh
juga mengunjungi cekdam ini sebagai alternatif wisata yang menyegarkan pikiran
dan ramah di kantong. Ingat, dimanapun kita harus selalu memperhatikan
lingkungan terutama jaga kebersihan dan jangan buang sampah sembarangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar