Melalui Pemahaman geografi Mari jaga dan lestarikan bumi kita demi kelangsungan hidup di masa mendatang
Senin, 25 Oktober 2010
Deskripsi Negara Thailand
A. SEJARAH
Kebudayaan Masa Perunggu diduga dimulai sejak 5600 tahun yang lalu di Thailand (Siam). Kemudian, datang berbagai imigran antara lain suku bangsa Mon, Khmer dan Thai. Salah satu kerajaan besar yang berpusat di Palembang, Sriwijaya, pernah berkuasa sampai ke negeri ini, dan banyak peninggalannya yang masih ada di Thailand. Bahkan, seni kerajinan di Palembang dengan Thailand banyak yang mirip.
Thailand secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur pendek, Kerajaan Sukhothai yang didirikan pada tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan Kerajaan Ayutthaya yang didirikan pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar dibandingkan Sukhothai. Kebudayaan Thailand dipengaruhi dengan kuat oleh Tiongkok dan India. Hubungan dengan beberapa negara besar Eropa dimulai pada abad ke-16 namun meskipun mengalami tekanan yang kuat, Thailand tetap bertahan sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh negara Eropa, meski pengaruh Barat, termasuk ancaman kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan diberikannya banyak kelonggaran bagi pedagang-pedagang Britania.
Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyebabkan dimulainya monarki konstitusional. Sebelumnya dikenal dengan nama Siam, negara ini mengganti namanya menjadi Thailand pada tahun 1939 dan untuk seterusnya, setelah pernah sekali mengganti kembali ke nama lamanya pasca-Perang Dunia II. Pada perang tersebut, Thailand bersekutu dengan Jepang; tetapi saat Perang Dunia II berakhir, Thailand menjadi sekutu Amerika Serikat. Beberapa kudeta terjadi dalam tahun-tahun setelah berakhirnya perang, namun Thailand mulai bergerak ke arah demokrasi sejak tahun 1980-an.
Kalender Thailand didasarkan pada Tahun Buddha, yang lebih cepat 543 tahun dibandingkan kalender Barat. Tahun 2000 Masehi sama dengan tahun 2543 dalam kalender Thailand.
Pada 26 Desember 2004, pesisir barat Thailand diterjang tsunami setinggi 10 meter setelah terjadinya gempa bumi Samudra Hindia 2004, menewaskan 5.000 orang di Thailand, dan setengahnya merupakan wisatawan.
Pada awal 2005 terjadi sebuah tragedi di Thailand Selatan yang mempunyai populasi dengan mayoritas Muslim. Sekitar 70 orang terbunuh akibat kekerasan yang dilakukan oleh rezim Shinawatra. Banyak negara yang mengecam keras tragedi ini. Namun dalam pemilihan kepala pemerintahan, Thaksin Shinawatra kembali memerintah negara ini untuk empat tahun berikutnya.
B. LETAK
Thailand berbatasan dengan Laos dan Myanmar di sebelah utara, dengan Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dengan Myanmar dan Laut Timur di barat dan dengan Laos dan Kamboja di timur. Koordinat geografisnya adalah 5°LU-21° LU dan 97°BT-106° BT. Negara ini memiliki luas ±513.115 km2 sehingga merupakan Negara ketiga besarnya di Asia Tenggara. Panjang dari Negara ini 1.609 km dan lebarnya 805 km.
C. KEADAAN ALAM
Secara geografis, Thailand terbagi enam: perbukitan di utara di mana gajah-gajah bekerja di hutan dan udara musim dinginnya cukup baik untuk tanaman seperti strawberry dan peach; plateau luas di timur laut berbatasan dengan Sungai Mekong; dataran tengah yang sangat subur; daerah pantai di timur dengan resor-resor musim panas di atas hamparan pasir putih; pegunungan dan lembah di barat; serta daerah selatan yang sangat cantik.
Thailand merupakan tempat terletaknya beberapa wilayah geografis yang berbeda. Di sebelah utara, keadaannya bergunung-gunung, dan titik tertingginya berada di Doi Inthanon (2.576 m). Sebelah timur laut terdiri dari Hamparan Khorat, yang dibatasi di timur oleh sungai Mekong. Wilayah tengah negara didominasi lembah sungai Chao Phraya yang hampir seluruhnya datar, dan mengalir ke Teluk Thailand. Di sebelah selatan terdapat Tanah Genting Kra yang melebar ke Semenanjung Melayu.
Cuaca setempat adalah tropis dan bercirikan monsun. Ada monsun hujan, hangat dan berawan dari sebelah barat daya antara pertengahan Mei dan September, serta monsun yang kering dan sejuk dari sebelah timur laut dari November hingga pertengahan Maret. Tanah genting di sebelah selatan selalu panas dan lembab. Kota-kota besar selain ibu kota Bangkok termasuk Nakhon Ratchasima, Nak.hon Sawan, Chiang Mai, dan Songkhla. Thailand memiliki iklim tropis yang ramah, dengan musim semi dari Maret sampai Mei, musim hujan - namun tetap banyak matahari - di Juni sampai September, dan musim dingin dari Oktober sampai Februari. Rata-rata suhu tahunan adalah 28 derajat C.
D. PENDUDUK
Penduduk Thailand berjumlah 64,631,595. perkiraan jumlah penduduk juga memperhitungkan efek dari tingginya tingkat kematian karena AIDS; ini dapat dilihat pada harapan hidup yang rendah, tingginya tingkat kematian bayi, rendahnya tingkat pertumbuhan dan populasi, dan perubahan pada penyebaran oleh usia dan jenis kelamuin yang tidak sesuai harapan (Juli 2006 )
Berdasarkan Struktur usia komposisi penduduk Thailand sebagai berikut:
0-14 tahun: 22% (laki-laki 7,284,068/perempuan 6,958,632)
15-64 tahun: 70% (laki-laki 22,331,312/perempuan 22,880,588)
65 tahun dan lebih: 8% (laki-laki 2,355,190/perempuan 2,821,805) (2006)
Tingkat pertumbuhan populasi di Negara ini 0.68% pada tahun 2006.
Tingkat kelahirannya mencapai 13.87 kelahiran/1000 populasi
Tingkat kematiannya adalah 7.04 kematian/1000 populasi
Perbandingan jenis kelamin:
saat kelahiran: 1.05 laki-laki/perempuan
bawah 15 tahun: 1.05 laki-laki/perempuan
15-64 tahun: 0.98 laki-laki/perempuan
65 tahun dan lebih: 0.84 laki-laki/perempuan
total populasi: 0.98 laki-laki/perempuan (2006 ).
E. PEREKONOMIAN
1. Pertanian (agrikultur)
Hasil pertanian yang utama di Thailand Beras, singkong (tapioca), karet, jagung, tebu, kelapa, kacang kedelai
2. Pertambangan
Hasil pertambangan meliputi timah (hasil pertambangan utama), tembaga, minyak dan gas, bijih besi, emas, timbal, dan wolfram.
3. Industri
Industri yang dikembangkan masih bersifat industri pengolahan hasil alam, seperti pengolahan beras, pengolahan karet mentah, pemintalan benang, tekstil, semen, dan berbagai produk olahan minyak bumi. Saat ini mulai berkembang industri perakitan komponen elektronika dan otomotif.
4. Pariwisata
Pemerintah Thailand menggabungkan konsep wisata alam dan wisata budaya. Salah satu objek wisata alam yang terkenal adalah Pantai Pattaya di Teluk Siam dan panorama indah pegunungan di Chiang Mai (Pegunungan Utara). Wisata budaya berupa bangunan-bangunan sejarah atau tarian khas Thailand.
F. PENDIDIKAN
Dalam acara rapat dengan Atase Pendidikan (atdik) yaitu untuk pemantapan program kerja dan pembinaan Sekolah Indonesia Luar Negeri di Bangkok (SILN), telah di paparkan tentang sistem pendidikan di Thailand. Dalam paparan tentang sistem pendidkan di Thailand ternyata ada kesamaan dengan sitem pendidikan di Indonesia dan ada juga perbedaanya. Berikut ini penjelasannya.
Sistem pendidikan di Thailand terbagi menjadi 3, yaitu : pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal.Untuk sistem pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan tinggi. sedangkan sistem pendidikan non-formal terdiri dari : program sertifikat kejuruan, program short course sekolah kejuruan dan interest group program.
Wajib belajar di Thailand adalah wajib belajar 9 tahun, dengan rincian grade sebagai berikut :
• Pendidikan play group dan TK usia 3-6 tahun
• Pendidikan Sekolah dasar (selama 6 tahun), grade 1-6
• Pendidikan Sekolah Menengah (selama 3 tahun), grade 7-9
• Pendidikan Sekolah Menengah atas (selama 3 tahun), grade 10-12
Untuk grade 7-12 dalam satu kompon sekolahan, mereka tak harus mendaftar lagi , sudah otomatis melanjutkan di sekolah itu.
Ujian Nasional (UN) di Thailand dikoordinasikan oleh Bureu of Education Testing Office dari Komisi Pendidikan Dasar yang memakai Sistem Ordinary National Education Test (O-net). UN di wajibkan untuk grade 3, 6, 9 dan 12. Ada 8 mata pelajaran yang di-UN kan yaitu :
1. Bahasa Thai
2. Matematika
3. Science
4. Ilmu sosial
5. Agama dan Kebudayaan
6. Bahasa asing
7. Health dan Physical Education
8. Art, Career dan Technology
Sedangkan siswa dari grade 1,2,4,5,7,8,10 dan 11, mengikuti ujian kelas dari sekolah masing-masing yang mengacu dari Office of Academic affair , Kementrian Pendidikan Thailand, secara serentak. Mudah-mudahan dapat menambah wawasan kawan-kawan.
G. SOSIAL BUDAYA
Populasi Thailand didominasi etnis Thai dan Lao, yang berjumlah 3/4 dari seluruh penduduk. Selain itu juga terdapat komunitas besar etnis Tionghoa yang secara sejarah memegang peranan yang besar dalam bidang ekonomi. Etnis lainnya termasuk etnis Melayu di selatan, Mon, Khmer dan berbagai suku orang bukit.
Buddha Theravada adalah agama yang dianut lebih dari 90% penduduk Thai yang religius. Thailand juga sangat mendukung kebebasan beragama, dan terdapat umat Muslim, Kristen, Hindu dan Sikh yang bebas menganut agamanya di Thailand. Bahasa Thailand merupakan bahasa nasional Thailand, yang ditulis menggunakan aksaranya sendiri, tetapi ada banyak juga bahasa daerah lainnya. Bahasa Inggris juga diajarkan secara luas di sekolah.
Meskipun bahasa Thai hampir tak dapat dimengerti oleh wisatawan, namun bahasa Inggris dipahami luas di tempat-tempat utama seperti Bangkok, dan juga menjadi bahasa bisnis resmi di sana. Nama-nama jalan menggunakan bahasa Inggris di bawah bahasa Thai.
Muay Thai, sejenis kickboxing ala Thailand, adalah olahraga nasional di Thailand dan merupakan seni beladiri setempat. Popularitasnya memuncak di seluruh dunia pada tahun 1990-an. Ada pula seni beladiri yang mirip dengan muay Thai di negara-negara lain di Asia Tenggara.
Ucapan penyambutan yang umum di Thailand adalah isyarat bernama wai, yang gerakannya mirip dengan gerakan sembahyang. Hal-hal yang tabu dilakukan di antaranya menyentuh kepala seseorang dan menunjuk dengan kaki, karena kepala dan kaki masing-masing merupakan bagian tubuh yang paling atas dan bawah.
Dikutip dari berbagai sumber
MASALAH TRANSPORTASI
A. PERMASALAHAN TRANSPORTASI DI PERKOTAAN
Transportasi dalam bentuk lalu lintas kendaraan bermotor di jalan-jalan di dalam kota dapat menyebabkan terjadinya:
1. Kemacetan (traffic congestion)
2. Pencemaran udara (air pollution)
3. Kebisingan (traffic noise)
4. Kecelakaan Lalulintas
1. Kemacetan (Traffic congestion)
Terjadinya kemacetan lalu lintas membawa pengaruh yang tidak menguntungkan baik terhadap pengendara/penumpang, masyarakat maupun bagi pemerintah setempat. Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kemacetan lalu lintas di perkotaan, antara lain:
a. Pertumbuhan/perkembangan Kota
Banyak kota-kota besar sekarang ini berawal darii sebuah desa di perdalaman atau sebuah desa di pinggir pantai yang tumbuh dan berkembang menjadi satu kota besar. Berkembangnya menjadi kota besar karena jumlah manusia yang terus bertambah. Karena kota tumbuh dan berkembang dari sebuah desa yang tidak terencana dengan baik, mengakibatkan penggunaan tata ruang menjadi tidak teratur.
Pemukiman penduduk tumbuh di setiap tempat yang memungkinkan untuk didirikan seperti: sepanjang batas tepi aliran sungai, sepanjang pinggiran rel kereta api, bahkan kadng-kadang rumah dibangun dekat sekali dengan jalan. Keadaan seperti ini mengakibatkan jalanjalan menjadi sempit dan tidak teratur, tanpa drainase yang memadai sehingga pada saat musim penghujan banjir/genangan air terutama di daerah-daerah yang perkotaan yang datar.
b. Perkembangan kota yang tidak diikuti dengan pengaturan struktur tata guna lahan yang sesuai
c. Tidak seimbangnya pertambahan jaringan jalan, fasilitas laulintas, dan angkutna kota bila di bandingkan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan.
d. Penggunaan kendaraan pribadi secara berlebihan dan tidak efisien.
e. Kualitas dan jumlah kendaraan angkutan umum yang belum memadai.
f. Masih kurangnya peranan kereta api sebagai angkutan kota massal.
g. Pusat-pusat kegiatan seperti:pusat perdagangan, perkantoran, pendidikan, dan sebagainya ada kalanya terusat pada satu lokasi.
h. Masalah parkir
Di beberapa pemukiman setiap ruang kosong yang tersedia selalu diisi kendaraan yang di parkir sepanjang siang maupun malam hari. Penduduk sulit memperoleh ruang kosong dan akhirnya sepanjang malam kendaraan ditinggalkan di pinggir jalan sehingga jalan sulit diawasi dan di bersihkan.
Pusat perbelanjaan yang di bangun beberapa tahun lalu yang tidak memiliki ruang parkir secukupnya, menggunkan jalan disekitar pusat perbelanjaan tersebut sebagai tempat parkir yang menimbulkan terjadinya kemacetan jalan yang cukup serius.
Kendaraan angkutan barang juga menyebabkan masalah parkir di kota, walaupun hanya sebentar, tetapi mengganggu kendaraan lain karena memblokir jalan dan menghabiskan uang parkir.
2. Pencemaran udara (air pollution)
Pencemaran udara adalah hadirnya di dalam atmosfer / udara luar, satu atau lebih kontaminan (bahan pencemar) udara, atau kombinasinya dalam jumlah dan waktu sedemikian yang cenderung melukai / menyakiti manusia, tanaman, hewan, atau benda milik manusia (Poernomosidhi 1995). Pencemaran udara akibat transportasi terutama terpusat di sekitar daerah perkotaan dan pada prinsipnya disebabkan oleh lalu lintas di perkotaan.
Kendaraan bermotor yang berhenti dan mulai berjalan (di kebanyakan jalan-jalan arteri kota) mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam emisi gas-gas hidrokarbon dan karbon monoksida dari kendaraan. Dispersi pencemaran udara tergantung pada beberapa kondisi, seperti meteorologi, topografi, dan aerografi dari daerah perkotaan. Polutan (bahan pencemar) yang dominan adalah CO, SOx, NOx, THC (Total Hydro Carbon), dan TSP (Total Suspended Particulate) atau debu partikulat, dengan kontribusiCO, NOx, dan hidrokarbon berasal dari transportasi, SOx dari kegiatan industri, dan TSP umumnya dari kegiatan permukiman. Pencemaran udara di banyak kota-kota besar pada umumnya berhubungan dengan pembangunan dari kegiatan-kegiatan di sektor transportasi dan industri, meskipun sektor perdagangan dan permukiman tetap memberikan kontribusi yang cukup besar pula.
3. Kebisingan (traffic noise)
Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki, atau tenaga getaran yang tidak terkendali. Umumnya ada tiga sumber kebisingan (Poernomosidhi 1995) :
a. Kebisingan lalu lintas/transportasi
b. Kebisingan pekerjaan atau industri
c. Kebisingan penduduk/permukiman
Semua kebisingan tersebut dapat menghasilkan kerusakan fisik dan psikologis. Kebisingan lalu lintas adalah konstan dan menyebar luas, karena itu menimbulkan masalah-masalah yang lebih serius. Pada umumnya kecepatan kendaraan yang lebih tinggi akan menghasilkan tingkat kebisingan yang lebih tinggi pula, dan permukaan jalan yang makin kasar juga akan menghasilkan kebisingan yang makin tinggi. Bunyi yang paling keras ditimbulkan di daerah persimpangan (intersection area) dengan adanya kendaraan yang berhenti atau mengerem, serta kendaraan yang mulai berjalan.
4. Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan adalah hal yang sering kita dengar dan kita lihat di jalan raya, yang sudah barang tentu akan merugikan bagi pemakai jalan raya itu sendiri. Kalau di perhatikan maka ada bebrapa faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut antara lain:
a. Faktor pengemudi
Keadaan yang dihadapi pengemudi sangat kompleks, bukan hanya mengatur kemudi atau menginjak rem sebagai contoh yang paling umum terjadi pada persimpangan jalan dimana kendaraan dating dari segala arah.Untuk memudahkan pengendara pada situasi yang kompleks dan mengurangi bahaya maka perencana jalan melengkapi jalan-jalan dengan rambu-rambu jalan.
Faktor lain yang mempengaruhi pengemudi adalah kepentingan pribaditerutama kekuatiran terhadap kecelakaan merupakan hal yang mempengaruhi pengemudi dalam mengambil keputusan. Ketakutan akan ditahan polisi dan mendapat hukuman juga mempengaruhi perilaku pengemudi.
Kelelahan dan perasaan mengantuk mengurangi kemampuan seorang pengemudi mengendarai secara aman.Dengan demikian secara mental maupun fisik pengemudi ini mudah sekali mengalami kecelakaan.
b. Faktor kendaraan
Bentuk kendaraan yang beraneka ragam yang beroperasi di jalan adakalanya tidak sesuai dengan kondisi jalan seperti lebar, daya tahan angkutan dan kelandaian. Mobil penumpang yang besar dan truk menghendaki jalan yang lebar agar dapat bergerak secara bebas dan aman, Konstruksi jalan yang tahan terhadap berat atau beban berat dan kelandaian yang minimum. Kalau kondisi ini tidak dipenuhi maka keselamatan dan kenyamanan kendaraan tidak dapat diperoleh.
c. Faktor Arus Lalu Lintas
Dalam keadaan normal diamana tidak ada hambatan semua pengemudi mentaati ketentuan yang berlaku, arus lalu lintas yang padat tersebut dapat diefektifkan semaksimal mungkin. Tapi karena manusia ingin segera sampai ke tempat tujun atau lalu lintas macet mengakibatkan para pengendara berusaha saling mendahului ynag kadang-kadang memaksakan kendaraan melewati jalan yang bukan diperuntukkan untuk jalan kendaraan. Keadaan ini akan mengakibatkan arus lalu lintas macet atau bahkan dapat menimbulkan arus kendaraan tidak dapat bergerak dalam beberapa waktu. Suasana panik dan marah akan muncul, kesabaran mulai mengendur, suasana seperti ini jelas akan menimbulkan terjadinya kecelakaan di jalan raya.
d. Faktor Jalan
Karena tiap jalan berbeda panjang dan lebarnya maka kemampuan (kapasitas) jalan berbeda-beda. Disampng lebar jalan juga berpengaruh pada jarak pandang, kelandaian dan faktor cuaca.
B. PEMECAHAN MASALAH TRANSPORTASI PERKOTAAN
1. Pemecahan Masalah Kemacetan
Dalam mengatasi masalah kemacetan lalu lintas dan masalah lalu lintas lainnya di pekotaan, beberapa altenatif pemecahan masalah yang dapat ditempuh antara lain :
a. Pelebaran jalan
b. Peningkatan kapasitas persimpangan
c. Peningkatan kapasitas ruas jalan
d. Peningkatan kapasitas jaringan
e. Peningkatan pelayanan angkutan umum
f. Membatasi penggunaan kendaraan pribadi
g. Menetapkan daerah parkir
2. Pemecahan Masalah Pencemaran Udara
Pemecahan masalah pencemaran udara di perkotaan didominasi oleh transportasi kendaraan bermotor, sehingga usaha yang lebih efektif dalam mengurangi pencemaran udara di perkotaan adalah dengan memperkecil emisi gas buang dari kendaraan bermotor. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan (Miller 1985), yaitu:
a. Menggalakkan pemakaian sepeda dan mengembangkan sistem angkutan massal (mass rapid
transit system) perkotaan.
b. Mengurangi kendaraan bermotor (mobil)
c. Mengubah mesin kendaraan bermotor
d. Menggunakan bahan bakar alternatif (al. gas)yang ramah lingkungan
Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor di perkotaan dapat dilakukan dengan berbagai usaha, seperti:
Tidak membangun jalan-jalan baru
Menaikkan harga bahan bakar secara drastis
Menyediakan jalur khusus untuk kendaraan umum (bis, taksi) dan sepeda, khususnya pada jam-jam sibuk/padat lalu lintas
Mengenakan biaya tol jalan atau jembatan yang lebih tinggi pada jam-jam sibuk
Menghapuskan atau mengurangi biaya tol jalan atau jembatan untuk kendaraan dengan tiga atau lebih penumpang
Mengenakan pajak untuk tempat-tempat parkir kendaraan
Meniadakan beberapa tempat parkir di pusat kota
Mengenakan pajak yang tinggi untuk kendaraan yang bolak-balik (commuters)
Melarang kendaraan bermotor pada beberapa jalan atau pada daerah tertentu
Selanjutnya usaha mengubah mesin kendaraan bermotor agar gas buang yang dihasilkan lebih sedikit mencemari udara (kurang polutif), dapat dilakukan dengan antara lain:
a. Mengubah mesin pembakar dalam (internal combustion engines), hingga penggunaan bahan bakar berkurang dan polusinya lebih sedikit.
b. Memakai mesin yang lebih efisien tenaganya, hingga polusi yang dihasilkan juga lebih sedikit.
c. Mengurangi berat kendaraan dengan memakai lebih banyak bahan plastik dan logam ringan untuk badan (body) kendaraan.
3. Pendekatan Untuk Mengurangi Masalah Kecelakaan Lalu Lintas
a. Pembatasan Kecepatan
Hampir semua jalan raya mempunyai pembatasan dalan kecepatan umumnya pembatasan ini adalah kecepatan maksimum dan minimum.Pembatasan kecepatan maksimum di umumkan pada daerah-daerah dimana banyak terdapat lalu litas kendaraan dengan berbagai kecepatan. Pembatasan kecepatan juga di umumkan pada lengkungan-lengkungan jalan raya dan biasanya dibuat untuk alasan keselamatan.
b. Kontrol Arus Kendaraan
Bentuk paling umum dari control arus kendaraan adalah dengan membuat kanalisasi, yaitu pemisahan lalu intas pada suatu jalan menjadi dua arah, yang masing-masing berada pada bagian jalan yang berbeda.
Kontrol pada kendaraan dilakukan pada ruas jalan, persimpangan, dan control arus kendaraan untuk mendahului.
c. Pelaksanaan Peraturan Lalu Lintas
Pengembangan patrol jalan raya, peningkatan kemampuan polisi, penanganan pelanggaran lalu lintas oleh pengadilan secara rasional dan disiplin pengemudi yang lebih baik perlu dikembangka atau diterapkan secara serius akan dapat mengurangi pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas.
SUMBER:
Mbina pinem,2010.Geografi Transport. FIS UNIMED:Medan.
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:K_lUhozM28cJ:jurnalsipiluph.files.wordpress.com/2006/12/vol3-no2-naskah_5.pdf+permasalahan+transportasi+perkotaan&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESjUMpRdDB-Ga8WSPhLZC-yBerQtyC_9no-kXfLWrM-nCt6Ogf2mkpK93jla8b43fC2ly486YS_ARsIiyP4ghpstsMMsrFQ4SWr7LHCEIFEsAO51y8M8ejMFv7mlUXpSPF9P2yjZ&sig=AHIEtbRrIkdnrgfiGI6jnk3eZBpS0nwCYg
Transportasi dalam bentuk lalu lintas kendaraan bermotor di jalan-jalan di dalam kota dapat menyebabkan terjadinya:
1. Kemacetan (traffic congestion)
2. Pencemaran udara (air pollution)
3. Kebisingan (traffic noise)
4. Kecelakaan Lalulintas
1. Kemacetan (Traffic congestion)
Terjadinya kemacetan lalu lintas membawa pengaruh yang tidak menguntungkan baik terhadap pengendara/penumpang, masyarakat maupun bagi pemerintah setempat. Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kemacetan lalu lintas di perkotaan, antara lain:
a. Pertumbuhan/perkembangan Kota
Banyak kota-kota besar sekarang ini berawal darii sebuah desa di perdalaman atau sebuah desa di pinggir pantai yang tumbuh dan berkembang menjadi satu kota besar. Berkembangnya menjadi kota besar karena jumlah manusia yang terus bertambah. Karena kota tumbuh dan berkembang dari sebuah desa yang tidak terencana dengan baik, mengakibatkan penggunaan tata ruang menjadi tidak teratur.
Pemukiman penduduk tumbuh di setiap tempat yang memungkinkan untuk didirikan seperti: sepanjang batas tepi aliran sungai, sepanjang pinggiran rel kereta api, bahkan kadng-kadang rumah dibangun dekat sekali dengan jalan. Keadaan seperti ini mengakibatkan jalanjalan menjadi sempit dan tidak teratur, tanpa drainase yang memadai sehingga pada saat musim penghujan banjir/genangan air terutama di daerah-daerah yang perkotaan yang datar.
b. Perkembangan kota yang tidak diikuti dengan pengaturan struktur tata guna lahan yang sesuai
c. Tidak seimbangnya pertambahan jaringan jalan, fasilitas laulintas, dan angkutna kota bila di bandingkan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan.
d. Penggunaan kendaraan pribadi secara berlebihan dan tidak efisien.
e. Kualitas dan jumlah kendaraan angkutan umum yang belum memadai.
f. Masih kurangnya peranan kereta api sebagai angkutan kota massal.
g. Pusat-pusat kegiatan seperti:pusat perdagangan, perkantoran, pendidikan, dan sebagainya ada kalanya terusat pada satu lokasi.
h. Masalah parkir
Di beberapa pemukiman setiap ruang kosong yang tersedia selalu diisi kendaraan yang di parkir sepanjang siang maupun malam hari. Penduduk sulit memperoleh ruang kosong dan akhirnya sepanjang malam kendaraan ditinggalkan di pinggir jalan sehingga jalan sulit diawasi dan di bersihkan.
Pusat perbelanjaan yang di bangun beberapa tahun lalu yang tidak memiliki ruang parkir secukupnya, menggunkan jalan disekitar pusat perbelanjaan tersebut sebagai tempat parkir yang menimbulkan terjadinya kemacetan jalan yang cukup serius.
Kendaraan angkutan barang juga menyebabkan masalah parkir di kota, walaupun hanya sebentar, tetapi mengganggu kendaraan lain karena memblokir jalan dan menghabiskan uang parkir.
2. Pencemaran udara (air pollution)
Pencemaran udara adalah hadirnya di dalam atmosfer / udara luar, satu atau lebih kontaminan (bahan pencemar) udara, atau kombinasinya dalam jumlah dan waktu sedemikian yang cenderung melukai / menyakiti manusia, tanaman, hewan, atau benda milik manusia (Poernomosidhi 1995). Pencemaran udara akibat transportasi terutama terpusat di sekitar daerah perkotaan dan pada prinsipnya disebabkan oleh lalu lintas di perkotaan.
Kendaraan bermotor yang berhenti dan mulai berjalan (di kebanyakan jalan-jalan arteri kota) mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam emisi gas-gas hidrokarbon dan karbon monoksida dari kendaraan. Dispersi pencemaran udara tergantung pada beberapa kondisi, seperti meteorologi, topografi, dan aerografi dari daerah perkotaan. Polutan (bahan pencemar) yang dominan adalah CO, SOx, NOx, THC (Total Hydro Carbon), dan TSP (Total Suspended Particulate) atau debu partikulat, dengan kontribusiCO, NOx, dan hidrokarbon berasal dari transportasi, SOx dari kegiatan industri, dan TSP umumnya dari kegiatan permukiman. Pencemaran udara di banyak kota-kota besar pada umumnya berhubungan dengan pembangunan dari kegiatan-kegiatan di sektor transportasi dan industri, meskipun sektor perdagangan dan permukiman tetap memberikan kontribusi yang cukup besar pula.
3. Kebisingan (traffic noise)
Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki, atau tenaga getaran yang tidak terkendali. Umumnya ada tiga sumber kebisingan (Poernomosidhi 1995) :
a. Kebisingan lalu lintas/transportasi
b. Kebisingan pekerjaan atau industri
c. Kebisingan penduduk/permukiman
Semua kebisingan tersebut dapat menghasilkan kerusakan fisik dan psikologis. Kebisingan lalu lintas adalah konstan dan menyebar luas, karena itu menimbulkan masalah-masalah yang lebih serius. Pada umumnya kecepatan kendaraan yang lebih tinggi akan menghasilkan tingkat kebisingan yang lebih tinggi pula, dan permukaan jalan yang makin kasar juga akan menghasilkan kebisingan yang makin tinggi. Bunyi yang paling keras ditimbulkan di daerah persimpangan (intersection area) dengan adanya kendaraan yang berhenti atau mengerem, serta kendaraan yang mulai berjalan.
4. Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan adalah hal yang sering kita dengar dan kita lihat di jalan raya, yang sudah barang tentu akan merugikan bagi pemakai jalan raya itu sendiri. Kalau di perhatikan maka ada bebrapa faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut antara lain:
a. Faktor pengemudi
Keadaan yang dihadapi pengemudi sangat kompleks, bukan hanya mengatur kemudi atau menginjak rem sebagai contoh yang paling umum terjadi pada persimpangan jalan dimana kendaraan dating dari segala arah.Untuk memudahkan pengendara pada situasi yang kompleks dan mengurangi bahaya maka perencana jalan melengkapi jalan-jalan dengan rambu-rambu jalan.
Faktor lain yang mempengaruhi pengemudi adalah kepentingan pribaditerutama kekuatiran terhadap kecelakaan merupakan hal yang mempengaruhi pengemudi dalam mengambil keputusan. Ketakutan akan ditahan polisi dan mendapat hukuman juga mempengaruhi perilaku pengemudi.
Kelelahan dan perasaan mengantuk mengurangi kemampuan seorang pengemudi mengendarai secara aman.Dengan demikian secara mental maupun fisik pengemudi ini mudah sekali mengalami kecelakaan.
b. Faktor kendaraan
Bentuk kendaraan yang beraneka ragam yang beroperasi di jalan adakalanya tidak sesuai dengan kondisi jalan seperti lebar, daya tahan angkutan dan kelandaian. Mobil penumpang yang besar dan truk menghendaki jalan yang lebar agar dapat bergerak secara bebas dan aman, Konstruksi jalan yang tahan terhadap berat atau beban berat dan kelandaian yang minimum. Kalau kondisi ini tidak dipenuhi maka keselamatan dan kenyamanan kendaraan tidak dapat diperoleh.
c. Faktor Arus Lalu Lintas
Dalam keadaan normal diamana tidak ada hambatan semua pengemudi mentaati ketentuan yang berlaku, arus lalu lintas yang padat tersebut dapat diefektifkan semaksimal mungkin. Tapi karena manusia ingin segera sampai ke tempat tujun atau lalu lintas macet mengakibatkan para pengendara berusaha saling mendahului ynag kadang-kadang memaksakan kendaraan melewati jalan yang bukan diperuntukkan untuk jalan kendaraan. Keadaan ini akan mengakibatkan arus lalu lintas macet atau bahkan dapat menimbulkan arus kendaraan tidak dapat bergerak dalam beberapa waktu. Suasana panik dan marah akan muncul, kesabaran mulai mengendur, suasana seperti ini jelas akan menimbulkan terjadinya kecelakaan di jalan raya.
d. Faktor Jalan
Karena tiap jalan berbeda panjang dan lebarnya maka kemampuan (kapasitas) jalan berbeda-beda. Disampng lebar jalan juga berpengaruh pada jarak pandang, kelandaian dan faktor cuaca.
B. PEMECAHAN MASALAH TRANSPORTASI PERKOTAAN
1. Pemecahan Masalah Kemacetan
Dalam mengatasi masalah kemacetan lalu lintas dan masalah lalu lintas lainnya di pekotaan, beberapa altenatif pemecahan masalah yang dapat ditempuh antara lain :
a. Pelebaran jalan
b. Peningkatan kapasitas persimpangan
c. Peningkatan kapasitas ruas jalan
d. Peningkatan kapasitas jaringan
e. Peningkatan pelayanan angkutan umum
f. Membatasi penggunaan kendaraan pribadi
g. Menetapkan daerah parkir
2. Pemecahan Masalah Pencemaran Udara
Pemecahan masalah pencemaran udara di perkotaan didominasi oleh transportasi kendaraan bermotor, sehingga usaha yang lebih efektif dalam mengurangi pencemaran udara di perkotaan adalah dengan memperkecil emisi gas buang dari kendaraan bermotor. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan (Miller 1985), yaitu:
a. Menggalakkan pemakaian sepeda dan mengembangkan sistem angkutan massal (mass rapid
transit system) perkotaan.
b. Mengurangi kendaraan bermotor (mobil)
c. Mengubah mesin kendaraan bermotor
d. Menggunakan bahan bakar alternatif (al. gas)yang ramah lingkungan
Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor di perkotaan dapat dilakukan dengan berbagai usaha, seperti:
Tidak membangun jalan-jalan baru
Menaikkan harga bahan bakar secara drastis
Menyediakan jalur khusus untuk kendaraan umum (bis, taksi) dan sepeda, khususnya pada jam-jam sibuk/padat lalu lintas
Mengenakan biaya tol jalan atau jembatan yang lebih tinggi pada jam-jam sibuk
Menghapuskan atau mengurangi biaya tol jalan atau jembatan untuk kendaraan dengan tiga atau lebih penumpang
Mengenakan pajak untuk tempat-tempat parkir kendaraan
Meniadakan beberapa tempat parkir di pusat kota
Mengenakan pajak yang tinggi untuk kendaraan yang bolak-balik (commuters)
Melarang kendaraan bermotor pada beberapa jalan atau pada daerah tertentu
Selanjutnya usaha mengubah mesin kendaraan bermotor agar gas buang yang dihasilkan lebih sedikit mencemari udara (kurang polutif), dapat dilakukan dengan antara lain:
a. Mengubah mesin pembakar dalam (internal combustion engines), hingga penggunaan bahan bakar berkurang dan polusinya lebih sedikit.
b. Memakai mesin yang lebih efisien tenaganya, hingga polusi yang dihasilkan juga lebih sedikit.
c. Mengurangi berat kendaraan dengan memakai lebih banyak bahan plastik dan logam ringan untuk badan (body) kendaraan.
3. Pendekatan Untuk Mengurangi Masalah Kecelakaan Lalu Lintas
a. Pembatasan Kecepatan
Hampir semua jalan raya mempunyai pembatasan dalan kecepatan umumnya pembatasan ini adalah kecepatan maksimum dan minimum.Pembatasan kecepatan maksimum di umumkan pada daerah-daerah dimana banyak terdapat lalu litas kendaraan dengan berbagai kecepatan. Pembatasan kecepatan juga di umumkan pada lengkungan-lengkungan jalan raya dan biasanya dibuat untuk alasan keselamatan.
b. Kontrol Arus Kendaraan
Bentuk paling umum dari control arus kendaraan adalah dengan membuat kanalisasi, yaitu pemisahan lalu intas pada suatu jalan menjadi dua arah, yang masing-masing berada pada bagian jalan yang berbeda.
Kontrol pada kendaraan dilakukan pada ruas jalan, persimpangan, dan control arus kendaraan untuk mendahului.
c. Pelaksanaan Peraturan Lalu Lintas
Pengembangan patrol jalan raya, peningkatan kemampuan polisi, penanganan pelanggaran lalu lintas oleh pengadilan secara rasional dan disiplin pengemudi yang lebih baik perlu dikembangka atau diterapkan secara serius akan dapat mengurangi pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas.
SUMBER:
Mbina pinem,2010.Geografi Transport. FIS UNIMED:Medan.
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:K_lUhozM28cJ:jurnalsipiluph.files.wordpress.com/2006/12/vol3-no2-naskah_5.pdf+permasalahan+transportasi+perkotaan&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESjUMpRdDB-Ga8WSPhLZC-yBerQtyC_9no-kXfLWrM-nCt6Ogf2mkpK93jla8b43fC2ly486YS_ARsIiyP4ghpstsMMsrFQ4SWr7LHCEIFEsAO51y8M8ejMFv7mlUXpSPF9P2yjZ&sig=AHIEtbRrIkdnrgfiGI6jnk3eZBpS0nwCYg
Langganan:
Postingan (Atom)