Senin, 20 November 2017

What is CEKDAM???

    Di sini, semua orang tau kalau udah ngomongin cekdam. Siapa sih yang gak tau cekdam, bahkan jadi trending topic di sini terutama siswa SMA Plus dan masyarakat seputaran Sipirok. Sebagai tempat hiburan, main-main dan mandi-mandi yang tergolong ramah buat “kantong”. Kecuali… yah kamilah para “penumpang” di kompleks SMA Plus ini.

    Sebelumnya, ada yang tau gak apa itu cekdam? Yah mana tau ada temen saya yang juga gak tau tentang cekdam (hihihi). Okelah, untuk mengobati rasa penasaran saya, maka saya lakukan hal yang selalu dilakukan oleh para kids jaman now (apa itu?). Ya, googling. Maka saya obrak abrik dan saya telusuri mbah google sampai akhirnya saya temukan apa itu cekdam di salah satu situs internet (kbbi.web.id). Ternyata cekdam artinya tanggul sejajar dengan arus air untuk mencegah pelebaran sungai, tanggul pengaman. Itulah cekdam umum. Hmm… saya mulai berpikir, mungkinkah cekdam di sini juga merupakan sebuah tanggul? Awalnya saya kira cekdam adalah bahasa setempat ternyata cekdam itu ada di KBBI toh.

    Setelah saya temukan arti kata cekdam, bukannya hilang rasa penasaran saya tetapi semakin besar rasa penasaran saya untuk melihat langsung. Ternyata gak hanya saya yang ingin melihat langsung keadaan cekdam itu. Sehingga kamipun mencari informasi tentang jalan menuju ke sana kepada siswa siswi yang sudah pernah ke sana. Sebenarnya, ada dua jalan yang dapat ditempuh untuk menuju ke cekdam. Jalan pertama adalah jalan utama yang terletak di samping gerbang sekolah SMA Plus. Untuk jalan utama ini, kita hanya mengikuti jalan yang ada hingga ada sebuah pamphlet di pinggir jalan di sebelah kita ikut belok ke kiri. Setelah itu, kita akan menjumpai parit besar di sebelah kiri disertai dengan berbagai lahan pertanian seperti sawah dan holtikultura. Jika melalui jalan yang utama ini, dengan mobil dapat ditempuh ±20 menit sedangkan dengan jalan kaki tentunya bisa sampai sekitar 40 menit. Selain itu, ada jalan alternatif ke dua yaitu melalui hutan dan jalan yang sedikit ekstrim. Jalan alternatif ini melewati hutan di belakang sekolah dan jalan yang baru dirintis. Jika melalui jalan alternative ini mereka mengatakan dapat ditempuh sekitar 20 menit.

    Di sore hari, kira-kira pukul 17.00 kami pun nekat untuk mengobati rasa penasaran tentang cekdam. Berhubung kami hanya memiliki kaki untuk transportasi dan juga menghemat waktu yang sudah semakin sore maka kami lebih memilih jalan alternative yang ke dua yaitu melewati hutan di belakang sekolah. Kami berangkat berlima.

    Dalam perjalanan, kami mengikuti arahan seorang teman. Mulai dari melewati asrama kelas X, kemudian menaiki tangga dan mulailah masuk ke dalam hutan. Sebagai anak geografi tentu saya merasa sangat beruntung untuk memperhatikan keadaan di sekeliling jalan yang kami lalui. Saya terkaget ketika di hutan itu terjadi pembakaran hutan. Hal ini terlihat dari sisa-sisa pohon yang terbakar. Padahal, sama-sama kita ketahui untuk daerah pegunungan itu lebih baik dijadikan hutan lindung. Kemudian pembukaan lahan sangat tidak dianjurkan dengan membakarnya. Selain dapat menjadi kebakaran hutan yang meluas, asap yang dihasilkan juga akan menambah parahnya efek rumah kaca. Tidak hanya sampai di situ, malah ada yang masih dalam keadaan terbakar dengan api yang masih berkobar. Ditambah lagi tidak kami jumpai seorang pun yang melakukan itu padahal api masih menyala tetapi hanya ditinggalkan begitu saja. Bayangkan sajajika angina kencang maka hutan yang akan terbakar tentu semakin luas. Tetapi kami juga tidak bisa melakukan apa pun. Kami hanya melanjutkan perjalanan.

    Setelah melewati hutan kami melalui jalan yang baru dirintis sepertinya, sehingga jalan masih berupa tanah kuning. Sepanjang jalan dapat ditemui erosi parit di tengah-tengah jalan. Keadaan jalan juga menurun lumayan terjal dengan tebing di sebelah kiri jalan. Kami terus berjalan dan akhirnya menemukan sambungan darijalan utama yaitu jalan yang sudah berbatu. Sepanjang perjalanan kami berjumpa beberapa orang penduduk yang baru pulang dari lading mereka. Setelah merasa lelah, saya pun bertanya pada teman yang lain kira-kira masih jauh lagi kah? Terus katanya, gak kok 15 menit lagi. Dengan langkah yang semakin terseok-seok saya paksakan untuk mencapai tujuan yaitu cekdam.

     Dengan tenaga yang tersisa kami berjalan perlahan-lahan. Di sebelah kirisudah mulai terlihat parit-parit besar dan juga lahan pertanian seperti padi dan cabai. Teman saya juga bilang, udah mau sampai ini. Saya pun semakin semangat. Dan taklama kemudian terlihatlah di depan saya seperti sebuah danau berwarna hijau dengan pagar besi yang di cat biru. Yah …akhirnya kami sampai di cekdam pada pukul 17.35 waktu setempat. Pemandangan yang menyejukkan mata sehingga mulai hilang rasa lelah berganti dengan kepuasan menikmati pemandangan ini.

     Kami pun menuju pinggiran cekdam ini. Dan ternyata, sesuai dengan yang mbah google bilang kalau cekdam adalah sebuah bendungan atau tanggul yang airnya akan dialirkan melalui parit-parit disepanjang jalan tadi untuk irigasi pertanian. Tetapi, tidak ada salahnya juga jika dijadikan tempat wisata dengan view barisan pegunungan yang masih cukup asri. Hanya ada di seberang yang hutannya sedang di buka untuk lahan pertanian baru sehingga belum asri. Tetapi tidak mengurangi keindahan cekdam itu sendiri. Di sini juga sudah ada penjual/warung yang menjual makanan instan atau sekedar minum dan cemilan. Untuk melengkapi perjalanan ini kami pun mengabadikan beberapa foto sebagai kenang-kenangan.







Kalau ada yang penasaran, boleh juga mengunjungi cekdam ini sebagai alternatif wisata yang menyegarkan pikiran dan ramah di kantong. Ingat, dimanapun kita harus selalu memperhatikan lingkungan terutama jaga kebersihan dan jangan buang sampah sembarangan.